Sumatera Barat Siap Menerima Kurikulum 2013
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat (Sumbar) Syamsulrizal menyatakan, Sumatera Barat siap menerima Kurikulum 2013. Menurutnya,rencana penggantian kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK) menjadi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang akan diberlakukan tahun depan, merupakan dinamika dalam pendidikan nasional.
Hal tersebut disampaikan Syamsul saat pertemuan Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI yang dipimpin Ketua Komisi X DPR RI Agus Hermanto dengan jajaran Pemda Sumbar di Pendopo Gubernur Sumbar, di Padang, Senin (17/12)
Syamsul juga menyatakan bahwa konsep pendidikan karakter di Sumatera Barat yang disesuaikan dengan nilai-nilai nasional, Islami dan budaya leluhur Minangkabau sudah selesai konsepnya dan telah diatur dalam Peraturan Gubernur Sumatera Barat tentang Pendidikan Karakter.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi X Abdul Hamid Wahid (F-PKB) menanyakan apakah Kurikulum 2013 sudah sesuai dengan konteks masyarakat yang ada di Sumatera Barat dan bagaimana konteks lokal terhadap kurikulum sebelumnya.
“Mudah-mudahan sebelum sosialisasi kurikulum itu ada kajian tentang bagaimana konteks lokal terhadap kurikulum sebelumnya dan bagaimana tanggapan lokal dengan kurikulum yang baru,” kata Wahid.
Dijelaskan Wahid, bahwa Panitia Kerja (Panja) Kurikulum Komisi X DPR RI yang fokusnya lebih kepada komparasi kurikulum sebelumnya, baru saja menyepakati anggaran kurikulum yangmana fokusnya baru pada uji coba. “Kira-kira kurikulum yang baru ini, apakah formulanya betul-betul mampu menjawab kekurangan yang ada di kurikulum sebelumnya (2012),” tanyanya.
Ia mengatakan saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih terus melakukan pendalaman di dalam pengujian ini. Walaupun secara konsep sudah selesai sosialisasinya tapi tidak menutup diri terhadap penyempurnaan. “Panja masih mengumpulkan masukan-masukan dari daerah, agar dapat merumuskan sebuah masukan yang baik seperti apa,” imbuh Wahid.
Mengenai masalah Pendidikan Karakter, Wahid meminta masukan Kepala Dinas Sumbar yang telah berhasil merumuskan dan memformulasikan pendidikan karakter. “Kalau memang bagus mengapa tidak kita adaptasikan secara nasional,” ujar Wahid.
Wahid menjelaskan, secara nasional konsep aktualisasi Pendidikan Karakter belum. Namun upaya untuk mendalami elaborasi terus dilakukan sampai hal yang mendasar. Misalnya bagaimana meramu pemahaman pancasila dan memasukannya didalam pendidikan karakter ini.
Ketika pemerintah menyatakan adanya rintisan pendidikan karakter, menurutnya DPR sampai saat ini belum mendengar secara jelas progres pemerintah dari sisi konsep kenegaraan tentang pendidikan karakter tersebut.
Sementara, Anggota Tim Kunjungan Kerja Herlini Amran (F-PKS) mempertanyakan selama penyelenggaraan otonomi daerah, apakah ada kendala dan permasalahan yang terjadi dalam bidang pendidikan. Dan apakah selama ini pemda sudah melakukan kajian otonomi dalam bidang pendidikan. (sc)